Minggu, 05 Juni 2022

 

Skenario Net Zero 2050 (File by Merza Gamal)

Kesepakatan Membangun Ekonomi Hijau untuk Menggapai Net-Zero 2050

 

Dekarbonisasi industri intensif emisi mungkin menantang, tetapi penelitian McKinsey menunjukkan bahwa solusi ada dalam jangkauan. Sembilan industri utama, yaitu tenaga listrik, minyak dan gas, otomotif, penerbangan dan perkapalan, baja, semen, pertambangan, pertanian dan pangan, serta kehutanan dan tata guna lahan dapat memimpin jalan menuju ekonomi Net-Zero. Analisis McKinsey, menemukan lebih dari 50% listrik dunia dapat berasal dari sumber terbarukan (seperti matahari, air, dan angin) pada tahun 2035. (McKinsey On Point publishing@email.mckinsey.com, 2 Juni 2022)

Penjualan kendaraan listrik, bersama dengan rencana produksi mobil rendah emisi, melonjak. McKinsey memperkirakan bahwa hampir semua kendaraan penumpang baru yang dijual di China, Uni Eropa, dan AS akan menggunakan listrik pada tahun 2035. Akan tetapi untuk mencapai titik itu akan membutuhkan beberapa upaya, yaitu: perusahaan (dan pemilik mobil) akan membutuhkan rantai pasokan baru, pengetahuan manufaktur , dan infrastruktur, seperti stasiun pengisian dan tempat pengisian bahan bakar hidrogen.

Industri tenaga listrik hanyalah satu contoh yang tercakup dalam panduan Net-Zero untuk sembilan industri penting.

Pada pertemuan tahunan World Economic Forum (Forum Ekonomi Dunia) di Davos, Swiss akhir Mei 2022 yang baru lalu, lebih dari 50 perusahaan telah bergabung dengan “global buyers’ club” (klub pembeli global) yang berjanji untuk membeli aluminium, baja, dan komoditas lain yang dibuat dari proses yang menghasilkan sedikit atau tanpa karbon sebagai sebuah langkah menuju Net-Zero.

Gagasan di balik klub pembeli, yang dikenal sebagai “First Movers Coalition” (Koalisi Penggerak Pertama”, adalah untuk memicu permintaan bahan versi hijau yang terbukti sulit diproduksi tanpa emisi karbon dioksida yang signifikan.

Grup pembeli tersebut mencakup Ford Motor dan Volvo Group, keduanya telah berjanji bahwa 10 persen dari pembelian aluminium utama mereka akan diproduksi dengan sedikit atau tanpa emisi karbon pada tahun 2030. Produksi aluminium bertanggung jawab atas 2 persen emisi global — dan teknologi canggih diperlukan untuk membuatnya tanpa melepaskan karbon dioksida belum tersedia secara komersial.

Perusahaan induk Google, Alphabet, serta Microsoft dan Salesforce secara kolektif berjanji untuk menghabiskan $500 juta untuk teknologi guna menangkap dan menyimpan emisi karbon. Tiga perusahaan lain, yakni: AES, sebuah perusahaan distribusi tenaga listrik yang berkantor pusat di Virginia; Mitsui O.S.K. Lines, sebuah perusahaan transportasi Jepang; dan Swiss Re, sebuah perusahaan reasuransi yang berbasis di Swiss, masing-masing berkomitmen untuk menghilangkan 50.000 ton karbon dari atmosfer pada tahun 2030. Pemerintah India, Jepang, Swedia, Denmark, Italia, Norwegia, Singapura, dan Inggris juga telah bergabung dalam koalisi tersebut.

Dalam kesempatan pertemuan tersebut, Borge Brende, presiden WEF menyampaikan,  “Kami menciptakan permintaan untuk produk rendah karbon, terutama untuk teknologi bersih yang baru lahir dalam baja, penerbangan, aluminium, semen, dan bahan kimia.” Sektor-sektor tersebut bertanggung jawab atas sekitar 30 persen emisi global, tetapi angka itu diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 50 persen emisi pada pertengahan abad ini.

Brende mencatat bahwa dengan perubahan iklim yang telah berdampak di negara-negara seperti India dan Pakistan, yang telah menghadapi rekor panas selama berminggu-minggu, korban manusia dan ekonomi dari pemanasan global meningkat. Harga kelambanan jauh melebihi harga tindakan dalam hal perubahan iklim. Lebih lanjut Brende menyatakan “Jika kita tidak menggunakan daya beli perusahaan-perusahaan besar sekarang untuk mengatasi sektor-sektor yang sulit dikurangi, ini akan memiliki harga yang sangat tinggi bagi dunia yang bergerak maju.” (The New York Time, 25 Mei 2022)

Dalam rangka mendukung Net-Zero 2050, para ilmuwan iklim melihat hidrogen sebagai pengganti bahan bakar fosil yang berpotensi bersih di industri berat. Menurut Paulina Jaramillo, seorang profesor teknik dan kebijakan publik di Universitas Carnegie Mellon dan rekan penulis laporan PBB bahwa hidrogen dapat menjadi alternatif bersih untuk industri seperti pabrik baja, pabrik pupuk atau perkapalan. (https://www.npr.org/2022/05/27/1096584260/).

Dalam rangka upaya menggapai ekonomi Net-Zero 2050, sektor-sektor yang menghasilkan sebagian besar emisi gas rumah kaca global menghadapi tantangan berat untuk dekarbonisasi, tetapi penelitian McKInsey menunjukkan bahwa solusi dapat dicapai. Dalam banyak kasus, transformasi sedang berlangsung.

 MERZA GAMAL

  • Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
  • Author of Change Management & Cultural Transformation
  • Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah