Minggu, 22 Februari 2015

Pilihan Jalan Hidup


Perjalanan hidup kita akan ditentukan oleh pilihan arah tujuan yang kita tetapkan. Demikian pula dalam mencapai kesuksesan kita di dunia ini, cara mana yang mau kita gunakan menyebut kan kesuksesan kita.

Kita bisa mencapai sukses dengan menjalankan "idealisme" kita, dan bisa pula dengan jalan menjadi "pecundang". Namun satu hal yang harus kita ingat, jika kita ingin menjalankan "idealisme", maka jadilah seorang idealistic sejati. Dan, jika kita memilih menjadi seorang "pecundang", maka jadilah seorang pecundang sejati. Jangan memilih setengah-setengah di antara keduanya.

Bila kita memilih menjadi idealistic sejati, mungkin saja kita tidak mencapai puncak kesuksesan dalam arti "material", karena akan banyak pecundang yang senantiasa "membungkam" kita. Tapi, seorang idealistic sejati akan menggantungkan hidupnya kepada Sang Maha Pencipta, bukan kepada makhluk, maka hidupnya senantiasa dilindungi oleh Allah, walau secara materi mungkin dia tidak berlebihan. Hidupnya akan tenang, tak banyak gejolak, bagai air jernih yang mengalir ke muara.

Berbeda dengan jika kita memilih jalan sebagai pecundang sejati, mungkin saja secara "material" kita berlebihan, tapi hidup kita penuh dengan ketidaktenangan. Semua itu karena sebagai pecundang, gantungan hidup kita adalah sesama makhluk. Ketenangan kita selalu terusik, hidup penuh ketakutan akan dipecundangi oleh setiap orang. Setiap ganti atasan atau pemimpin, kita harus pandai berakrobat agar kursi kita tak digeser. Hidup kita bagai di atas bara api yang setiap saat siap meledakkan percik api.

Hidup adalah pilihan, mau memilih jadi seorang idealistic atau menjadi seorang pecundang adalah pilihan kita masing-masing. Namun ingat jangan memilih setengah-setengah jika kita mau meraih sukses di dunia fana ini...

Sabtu, 21 Februari 2015

Benarkah Setiap Masalah Adalah Ujian Allah




Seringkali kita menyebut bahwa masalah yang kita hadapi adalah ujian dari Allah. Tapi ingatkah sahabat pada saat kita sekolah atau kuliah dulu? Apakah setiap orang boleh mengikuti ujian? Bukankah kita harus mengikuti pelajaran dan menyelesaikan sejumlah tugas, baru kita bisa ikut ujian?

Pada saat kuliah, kita baru bisa ikut ujian setelah mengumpulkan absen perkuliahan minimal 80%, bahkan ada yg mensyaratkannya minimal 90%, dan mengumpulkan tugas perkuliahan per semester.

Lantas, benarkah jika kita menyatakan masalah yang sedang kita hadapi adalah ujian dari Allah? Sementara kita tak pernah mengikuti pelajaran dari Allah dan mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan-Nya kepada kita sebagai syarat layaknya kita mengikuti ujian...???

Pantaskah kita mengaku-aku sedang diuji oleh Allah sementara kita tidak pernah terdaftar di"sekolah"Nya dan tak pernah menginjakkan kaki di "kampus"Nya, serta tak pernah tahu dengan "tugas-tugas" dari-Nya yang harus kita kumpulkan agar kita memenuhi syarat mengikuti "ujian"Nya...???